Selasa, 14 Desember 2010

Narasi ringan, sebuah mimpi satu syarat.
(Dengan nama Allah, biarkan aku bermimpi dan beri aku sempat untuk mewujudkannya...)
Aku bermimpi, aku ingin memiliki. Sebuah rumah di bagian barat pulau ini. Rumahku terletak di tepi jalan raya, menjorok 200 meter dari jalan itu. Hamparan rumput jepang yang hijau, pun sebuah jalan selebar dua meter dengan bongkahan batu sebesar salak juga deretan pinang berbuah merah. Rumahku berdiri di atas tanah seluas 900 meter, berlantai dua. Lantai satu memiliki ruang tamu, empat buah kamar tidur, ruang keluarga, dapur, garasi dan sebuah teras luar dengan sebuah lampu kecil tergantung di pojoknya, tenaram saat ternyalakan. Lantai dua memiliki tiga beranda utama, masing-masing menghadap ke arah timur, barat, dan selatan. Saat aku lelah menjalani pekerjaanku, bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agriculture and food, kutuju beranda barat, menikmati secangkir teh di tangan kananku, membuka blog pribadiku dan mengisinya dengan tulisan-tulisanku. Bercerita, seperti apa yang kulakukan sekarang. Akhir pekan terjadwal di rumah, aku memutuskan menikmati sunrise di beranda barat, dengan sebuah buku kecil dan pena. Mendekripsikan apapun yang ingin kudeskripsikan. Saat aku ingin melihat sesuatu yang berbeda, menikmati deretan palm merah, atau rerimbunan melati jawa di depan greenhouseku, di sudut halaman depan, aku memilih beranda selatan. Oh ya, rumahku menghadap ke selatan. Di lantai dua ini, ada sebuah perpustakaan pribadi yang luas, lengkap dengan ruang bacanya, berdinding kaca lebar, hingga aku bisa menikmati malam yang bertabur lelampu kota. Ada juga sebuah ruangan luas dengan bentangan karpet berwarna merah marun, di atasnya sebuah atap besar transparan tempatku melihat bentangan langit yang bertabur bintang kapanpun aku mau. Aku menyukai bintang, menyukai astronomi.

Ah, ya...aku menikah tentu saja, dengan seorang lelaki yang dipilihkan Tuhan untukku. Maka aku akn tinggal di rumah itu bersama anak-anakku dan seorang suamiku, juga seorang asisten yang akan sedikit mengambil alih pekerjaanku saat kesibukanku luar biasa. Menjadwal, aku menginginkan lima hari kerja, Senin sampai Jumat. Kataku, aku ingin menghabiskan akhir pekanku bersama anak-anak dan orang tersayang, seseorang berkata padaku bahwa anak-anakku tidak libur di hari Sabtu, ah tak apa toh aku bisa menyiapkan sarapan buat mereka atau mengantar mereka ke sekolah. Sesuatu yang mungkin jarang kulakukan di hari kerjaku. Menemui orangtuaku, yang kupercaya mereka juga tengah menikmati sebuah masa seperti apa yang mereka inginkan, menyiangi tanaman bunga di halaman rumah kami yang luas, mengurusi bebrapa ekor kucing, binatang yang kami pelihara dari tahun ke tahun. Menghabiskan waktu seperti apa yang mereka mau.
Minggu kedua di setiap bulannya, di akhir pekan tentu saja, aku menjadwalkan diri untuk mengunjungi yayasan yang kubuat, semacam rumah singgah sekaligus rumah baca untuk anak-anak jalanan. Kau tau, aku terobsesi untuk membuat sebuah pani asuhan atau apapun itu. Akhir pekan yang tersisa, aku akan menghabiskan semuanya dengan segala cinta yang kupunya. Pulang ke desaku mungkin, ke sebuah desa di dekat barisan Pegunungan Kapur Selatan. Mengenalkan tentang banyak hal, tentang kukang-kunang barangkali, aku pikir kunang-kunang masih banyak di desaku.

Aku tidak lelah bermimpi, aku tidak lelah menuliskan mimpiku, sebuah motivasi sebenarnya, bahwa ada satu syarat untuk membuat semua mimpiku menjadi nyata, ya menjadi orang kaya. Kaya apapun, kaya hati itu harus kaya materi itu pasti. Sebuah keyakinan, bahwa aku pasti bisa. Kau juga bisa bermimpi, tuliskan mimpimu dan katakan pada langit, yakinkan langit bahwa kau akan berusaha dan kau membutuhkan takdir langit. Ah, berhentilah membatasi mimpi, terwujud atau tidak itu bukan urusan kita sekarang. Bermimpilah, apa yang kau impikan, selagi logika belum terlalu mengekangmu, selagi gemintang masih sering singgah di hatimu. Aku tengah meninggalkan logika itusekarang...aku meninggalkannya, maka biarkan aku bermimpi dan beri aku waktu untuk mewujudkannya.
Yogyakarta, 14 Desember 2010, 21:06.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar